Oktober 2024
Ya Rabb..
Aku menyerah.
Perasaan ini masih ada, tidak peduli seberapa sering aku memproses luka, bertanya pada diriku sendiri apa yang membuat luka, lalu mencoba menyembuhkannya.
Aku masih rindu. Namun jika ini tidak pada tempatnya, mohon bantu aku melepaskannya.
Jika ini kian membuatku terluka, mohon bantu aku menghilangkannya.
Aku tahu aku salah.
Mencoba-coba dalam khianat, sebab hasrat yang begitu lama terpendam.
Maka ku mohon ampun Mu Tuhanku Yang Maha Pemaaf.
Aku rela menerima luka, jika ini cara Engkau menerimaku kembali.
Maka terima aku kembali, Ya Tuhanku.
Sebab hingga sekarang,
Bandara menjadi sayatan di luka ini.
Masih jelas dalam ingatan, bahagia dan gugup ketika berpindah ke terminal kedatangan internasional, menyambutnya datang.
Tertawa dan salah tingkah melihatnya datang dari kejauhan.
Senyumnya yang lebar, tingkahnya yang kekanak-kanakan, masih tergambar mesra dalam setiap sudut bandara manapun yang aku datangi.
Dan fajar?
Fajar masih membawa ingatanku pada pagi kami menembus kabut,
Menyaksikan terbitnya matahari dari balik Gunung Batur.
Walau dingin pagi itu sudah hampir menunjukkan sisi dingin dari dirinya.
Aku menyerah.
Ingatan itu masih terlalu jelas untuk aku lupakan.
Maka bantulah aku, Ya Rabbi..
Bantu aku melupakan.
—
Bogor, 30 Oktober 2024
Comments
Post a Comment