Hingga Terbit Matahari
Semburat kuning keemasan, berpantulan di satu petak dinding. Lalu dua.. tiga. Perlahan kabel hitam kemudian menguning, terlapisi sinar yang baru menyembul. Masih pagi. Suara udara masih hening. Suara air, masih terpercik. Suara burung.. masih ramai berceloteh. Menonton matahari terbit memang selalu memukau. Menarik kembali kesadaran pada penciptaan alam semesta. Pada Bumi yang patuh untuk setia beredar mengelilingi matahari. Dalam garis edar tak kasat mata, dengan sistem yang terjalin amat rapi. Di sanalah tercipta waktu. Konsep kekayaan seluruh umat manusia. Konsep misterius yang mampu menyenbuhkan semua luka. Hanya dengan menyaksikan Sang Matahari terbit, tenanglah jiwa. Pagi ini saya sempatkan untuk menyaksikannya menampakkan diri. Perlahan memantulkan semburat kuning di tembok tetangga, lalu meluas, dan meluas lagi. Walau langit di sini tak seluas di atas laut, yang terpaut kabel penyalur beragam informasi tuk memastikan kami semua terhubung dengan dunia luar, namun men...